Peran pemodal Barat dalam pembiayaan Agresi Militer Belanda

Posted: by Aldian Kresna N. in Label:


  Tidak banyak yang tahu pentingnya peran para Pemodal Barat atas terselenggaranya Agresi Militer Belanda I & II (46-49). H.W.van den Doel, sejarawan Belanda dalam desertasi-nya, menetapkan Kebijakan Luar Negeri AS (yang notabene didikte oleh para Bankir Wall Street & industralis raksasa) sebagai salah satu variabel signifikan dalam dinamika invasi militer Belanda ke tanah air.


  Presiden Sukarno memohonkan dukungan Kemerdekaan ke Washington pada Oktober 1945, lalu Sutan Sjahrir sebagai Perdana Menteri Republik Indonesia bertemu dengan Harry Truman pada Desember 1945 untuk kembali memohon dukungan. Namun saat itu AS sedang menghadapi musuh baru, yakni: Komunisme. Sehingga sangat beresiko untuk Truman untuk mendukung gerakan anti-kolonialisme di wilayah koloni Eropa.

  Analisa Geopolitik dari Departemen Perencanaan Kebijakan AS saat itu menilai: lebih "aman" untuk mendukung kolonialis Belanda daripada mendukung revolusi politik dan gerakan nasionalis anti-kolonialisme yang sulit ditebak arahnya.(1)

  Lalu tanpa ragu AS memberikan dukungan penuh atas legitimasi kolonialisasi di Hindia Belanda melalui bantuan finansial Marshall Plan (bantuan rekonstruksi pasca-PDII) yang digawangi oleh JP.Morgan. Salah satu klausul Marshall Plan menyebutkan bahwa Belanda boleh menggunakan pinjaman tsb untuk "membangun kembali" Hindia Belanda. Dengan ini Belanda menjadi satu-satunya negara yang mendapat dukungan tertulis (dalam klausul Marshall Plan) sehubungan dengan kolonialisme di Indonesia.(2)

  Penyertaan Indonesia dalam Marshall Plan ini juga yang membuat Den Haag memberanikan diri untuk melakukan embargo ekonomi terhadap negara kedaulatan Republik Indonesia.

  Washington juga memberikan restu kepada militer Belanda untuk menggunakan peralatan tempur AS dalam status pinjaman, yang menambah secara signifikan ranpur Belanda pada agresi militer pasca kemerdekaan. Pada musim gugur 1945, Sekretaris Negara AS George C. Marshall memerintahkan untuk mencabut seluruh identitas militer AS yang menempel pada peralatan dan kendaraan tempur (termasuk pesawat P-47 Thunderbolt, tank Sherman dan Stuart) yang akan digunakan oleh pasukan SEAC (South East Asia Command) Lord Louis Mountbatten untuk membantu Belanda membombardir Surabaya pada 10 November 1945.

  Pada 30 November 1946, pemerintah AS secara Gratis meminjamkan kepada militer Belanda (melalui melalui program pinjaman ranpur) 118 pesawat terdiri dari pembom B-25, pesawat tempur P-40 dan P-51 Mustang, 45 unit tank Stuart, 459 jip militer, 170 unit artileri, dan persenjataan infantri dalam jumlah yang sangat besar untuk digunakan untuk ‘menjinakan’ Hindia Belanda. Truk pengangkut militer dalam jumlah besar, dan logistik dari arena perang pasifik pun diserahkan oleh Paman Sam kepada Belanda. Militer Belanda juga diberikan fasilitas untuk melakukan pembelian 65.000 ton logistik militer non-amunisi.(3)

  Amerika juga memberikan restu kepada Pemerintah Belanda untuk mengalokasikan pinjaman sebesar 26 juta Dollar yang diberikan oleh Dinas Administrasi Aset Perang AS (WAA) pada Oktober 1947 untuk membeli senjata dan amunisi demi mendukung kelangsungan kampanye militernya di Hindia Belanda.

  Sampai Desember 1948, Amerika masih memboikot keanggotaan Republik Indonesia dalam Komisi Ekonomi PBB untuk Asia Timur Jauh (ECAFE), hal yang kemudian menjadi “lampu hijau” bagi Belanda untuk melancarkan Agresi Militer Jilid II dengan melakukan serangan kejutan ke Yogyakarta pada 19 Desember 1948. Boleh dibilang, agresi militer Belanda pasca kemerdekaan tidak akan dapat terwujud tanpa bantuan langsung dan restu dari Washington.(4)

  Kegagalan serangan militer Belanda ke pusat pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta membuat Washington mulai hilang kesabaran, dan kehilangan kepercayaan pada kemampuan Belanda untuk menyelesaikan "pekerjaan"nya di Indonesia. Para analis dan pengambil keputusan di Washington mulai berhitung dan mengkaji ulang dukungan Paman Sam pada kampanye militer Belanda yang mahal di Timur Jauh.(5)

  Momen yang juga menjadi titik balik krusial yang mempengaruhi dukungan Washington kepada agresi militer Belanda yang dinilai bertele-tele, adalah kejadian pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) di kota Madiun pada 18 September 1948. Soekarno yang dengan segera mengutuk percobaan coup d’état (kudeta) tersebut, serta merta memberikan pernyataan yang sangat keras melalui radio, “Bangsa Indonesia harus memilih! Saya, atau Musso??”. Di mata para pengambil kebijakan di Washington, ini adalah suatu bentuk demonstrasi keberpihakan, dan berpotensi merobah orientasi kebijakan luar negeri AS terhadap konflik Belanda-Indonesia (6).

  Lalu George Kennan dan Departemen Perencanaan Kebijakan AS memberikan penilaian akhir yang akan mengakhiri keruwetan di Hindia Belanda, yakni: adalah lebih murah dan ekonomis bagi Amerika untuk mendukung kemerdekaan Indonesia, daripada memberikan dukungan finansial dan ranpur kepada militer Belanda yang "memble".(7)

  Konsekuensi dari keputusan ini adalah perubahan sikap Amerika yang drastis di forum Dewan Keamanan PBB pada 27 Desember 1949, ketika delegasi Amerika dengan terbuka meminta Belanda untuk menyerahkan kepulauan Indonesia kepada pemerintahan Soekarno.(8)

  Keputusan bulat Paman Sam dibuktikan ketika Duta Besar Amerika untuk PBB Phillip Jessup bersama delegasi AS memberikan suara untuk sanksi kepada Belanda oleh Dewan Keamanan PBB. Pemberian sanksi ini telah membuat Belanda menjadi lelucon di Komite Bangsa-Bangsa Dunia di PBB. Bahkan budayawan Belanda Cees Fasseur mengilustrasikan upaya militer untuk memperpanjang gelar "induk semang" di Hindia Belanda sebagai suatu dagelan, dan hanya Amerika yang bisa menarik mereka keluar dari tragedi yang memalukan ini (9).

  Namun apa daya, dukungan Paman Sam kepada kemerdekaan Indonesia dengan harapan dapat mendirikan pos kekuatan baru yang akan membantu meredam gelombang komunisme di Asia, punah sudah dengan kebijakan luar negeri revolusioner Soekarno. Kekecewaan semakin memuncak ketika Soekarno menerbitkan kebijakan yang merangkul komunisme pada September 1950, dengan alasan harmoni sosial dan stabilitas politik. Diperparah dengan semakin besarnya pengaruh Partai Komunis Indonesia di kancah politik yang dibiarkan oleh Soekarno. Ini diterjemahkan sebagai tindak pengkhianatan oleh Washington, dan memposisikan Indonesia sebagai target dari kebijakan politik agresif.(10)

SUMBER:
(1) "Foreign Relations of the United States (Sutan Sjahrir to Harry Truman 1945) FRUS volume 6; "Shared Hopes - Separate Fears. 50 Years of US - Indonesian Relations" (Boulder CO), Paul F. Gardner
(2) "Robert Lovett to Frank Graham 31 December 1947" FRUS volume6
(3) "Army Surplus Property Disposal" (Lacey to Graham) 13 October 1947, RG59, PSA, Box No.4,NARA; "American Military Assistance to the Netherlands during Indonesian Struggle for Independence 1945-1949" (Mededelingen van de Sectie Militaire Geschiedenis) volume 8, Gerlof D. Homan
(4) "Australia and Indonesia's Independence" volume 2; "The Renville Agreement Documents 1948" (Canberra), Phillip Dorling and David Lee
(5) "Marshall Aid as a Catalyst in the Decolonization of Indonesia 1947-1949"; "Journal of Southeast Asian Studies No.2", Pierre van der Eng; "The United States and the Anti-Colonial Revolutions in Southeast Asia", George McTuman Kahinl "The Origins of the Cold War in Asia" (New York), Yonosuke Nagai and Akira Iriye
(6) "American Diplomacy", Schulzinger
(7,10) "Subversion as Foreign Policy. The Secret Eisenhower, and Dulles Debacle in Indonesia" (New York) Audrey R. Kahin
(8) "The United States and the Struggle for Southeast Asia 1945-1975" (Westport, London), Alan J. Levine
(9) "Afscheid van Indie: de val van het Nederlandse imperium in Azie" (Amsterdam), H.W. van den Doel


0 komentar :

W A R N I N G !

DALAM BERKOMENTAR SETIDAKNYA ANDA HARUS :

> BERTUTUR KATA YANG SOPAN
> TIDAK BOLEH SPAMING DI BLOG INI
> TIDAK BOLEH MENGANDUNG UNSUR LINK ATAU SEJENISNYA
> TIDAK BOLEH BERKOMENTAR DENGAN HAL YANG TAK PANTAS

ATAS KERJASAMANYA SAYA UCAPKAN TERIMAKASIH.
BY :ADMIN


Selamat datang

Halo para pengunjung ! Selamat menjelajah dan semoga ilmunya bermanfaat , terimakasih.