Penempatan 60% Tentara AS di Australia : 8 Tahun Lagi, Kemungkinan Perang akan Beralih ke Asia-Pasifik!
Posted: by Ajisaka Lingga Bagaskara II in Label: CIA CONSPIRACY , INTERNASIONAL , NASIONAL
0
Persiapan Tahun 2020:
Penempatan 60% Militer AS di Australia Fokus ke Asia, Penyadapan Antar Negara
Marak Pula, “Zona Perang” AS
dari Timur Tengah Kini Beralih ke Asia. MUNGKINKAH????
Langkah pemerintah Amerika
Serikat mengubah fokus mereka ke Asia akan semakin membebani Indonesia sebagai
negara berpengaruh di ASEAN. Indonesia dituntut memainkan peranan pendorong dan
penyeimbang berbagai konflik di Asia.
Hal
ini disampaikan oleh Professor Ann Marie Murphy, peneliti senior di Weatherhead East Asia Institute, Columbia University. Menurut Murphy, Indonesia
akan memiliki peran penting dalam menyokong ASEAN dari belakang.
“Amerika Serikat menganggap
Indonesia adalah perekat yang menjaga persatuan Asia Tenggara. Sejak zaman
Soeharto memiliki kepentingan untuk menjaga stabilitas regional dan menjaga kesatuan
antar negara Asia,” kata Murphy pada Forum Terbuka USINDO, Jakarta, 24 Juni
2013.
Keterlibatan AS di Asia
yang mendukung negara-negara sekutunya akan membuat konflik semakin panas.
Penambahan pasukan AS di Asia juga membuat ketegangan meningkat.
“AS menurunkan 60 persen kekuatan Angkatan
Lautnya ke Asia. Sebanyak 500 tentara AL AS akan tugas bergilir di Darwin, totalnya
akan berjumlah 2.500 tentara dalam beberapa tahun ke depan,” jelas Murphy.
Adu kepentingan kemudian
terjadi di tubuh ASEAN. Salah satu contohnya adalah dengan tidak tercapai
komunike dalam KTT ASEAN tahun 2012 lalu.
Saat itu, Kamboja yang
menjadi ketua ASEAN menolak komunike yang mendesak China menyelesaikan konflik
perairan tersebut. Seperti telah diketahui bahwa Kamboja adalah salah satu
sekutu China di Asia Tenggara. Dalam buntunya situasi ini, kata Murphy, Indonesia
menunjukkan peran pentingnya. Peran Indonesia terpenting adalah menjembatani
antara kepentingan China dan ASEAN dalam konflik Laut China Selatan.
Peta lokasi sumber-sumber minyak mentah di sepanjang Laut China Selatan. Kemungkinan inilah yang sudah lama menjadi incaran pemerintah AS!.
“Menteri
Luar Negeri Marty Natalegawa melakukanshuttle
diplomacy,” jelas Murphy.
Kala itu, Natalegawa secara
maraton mengunjungi negara-negara ASEAN untuk menyatukan suara.
“Berkat
kerja keras Indonesia, ASEAN akhirnya satu suara dengan menelurkan beberapa
poin kesepakatan soal Laut China Selatan. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia
masih punya pengaruh kendati tidak menjabat ketua ASEAN,” Murphy menegaskan.
Peran inilah yang
diharapkan dapat dimainkan Indonesia saat AS masuk ke Asia. Murphy mengatakan,
ketua-ketua ASEAN berikutnya belum bisa menyamai kepemimpinan Indonesia,
terlebih di tengah adu kepentingan negara-negara besar di Asia.
“Kepemimpinan ASEAN berikutnya, yaitu Brunei, Laos dan Myanmar,
masih perlu bantuan Indonesia. Mereka belum bisa menyatukan negara-negara yang
adu kepentingan di Asia, seperti India, China dan Jepang. Ini bukan tugas yang
mudah bagi Indonesia,” tegas Murphy. (sumber: Denny Armandhanu
/ vivanews)
*
A. AS Tempatkan Pasukan di Australia, Indonesia Meradang
Sebanyak 200 pasukan
Amerika Serikat telah tiba di Australia sejak April 2012 lalu sebagai gelombang
pertama dari 2.500 pasukan yang direncanakan sampai tahun 2017 mendatang.
Personil awal sebanyak 200
pasukan marinir AS yang telah tiba langsung berlatih bersama militer Australia.
Kedatangan pasukan AS ini disambut hangat oleh Menteri Pertahanan Australia
Stephen Smith.
“Penempatan pasukan AS di
Australia ini merupakan evolusi dari berbagai kegiatan dan pelatihan angkatan
bersenjata kedua negara dalam kerja sama militer yang sudah dibuat sebelumnya,”
jelas Smith.
Hal tersebut juga
ditegaskan dan didukung oleh Perdana Menteri Australia Julia Gillard dan
Menteri Utama Wilayah Utara Australia Paul Henderson.
Penempatan pasukan AS ini
menjadi babak baru dalam 60 tahun kerja sama pertahanan antara Australia dengan
AS. Rencananya AS akan menempatkan sebanyak 2.500 prajuritnya di Australia pada
2017 nanti.
Penempatan ribuan pasukan
AS di Darwin ini menunjukkan pergeseran strategi global yang sangat signifikan.
Terkait dengan penempatan ribuan pasukan AS ini, Smith menyatakan bahwa kemungkinan
besar AS akan menggunakan Pulau Cocos yang terpencil sebagai pangkalan
militer AS.
“Penempatan pasukan AS di
Australia ini merupakan evolusi dari berbagai kegiatan dan pelatihan angkatan
bersenjata kedua negara dalam kerja sama militer yang sudah dibuat sebelumnya,”
jelas Smith.
Hal tersebut juga
ditegaskan dan didukung oleh Perdana Menteri Australia Julia Gillard dan
Menteri Utama Wilayah Utara Australia Paul Henderson.
Penempatan pasukan AS ini
menjadi babak baru dalam 60 tahun kerja sama pertahanan antara Australia dengan
AS. Rencananya AS akan menempatkan sebanyak 2.500 prajuritnya di Australia pada
2017 nanti.
Penempatan ribuan pasukan
AS di Darwin ini menunjukkan pergeseran strategi global yang sangat signifikan.
Terkait dengan penempatan ribuan pasukan AS ini, Smith menyatakan bahwa
kemungkinan besar AS akan menggunakan Pulau Cocos yang terpencil sebagai
pangkalan militer AS.
Salah satu media Amerika SerikatWashington Post melaporkan bahwa rencananya militer AS akan menempatkan pesawat
tempur berawak dan tidak berawak yang dikenal dengan nama Global Hawk.
Menanggapi pernyataan dan
situasi tersebut, pemerintah Indonesia bereaksi dengan mengirim nota protes
kepada Pemerintah Australia dan AS dan meminta penjelasan terkait rencana
pembangunan pangkalan militer AS tersebut.
Juru Bicara Kementerian
Pertahanan Indonesia Brigadir Jenderal Hartind Asrin berpendapat bahwa
sebaiknya pemerintah Australia dan AS menjelaskan apa tujuan pembangunan
pangkalan tersebut untuk menghindari kesalahpahaman.
“Secara
prinsip Indonesia tidak memiliki wewenang untuk ikut campur dalam rencana
mereka. Namun, kami meminta mereka menjelaskan tujuan menempatkan pesawat tak
berawak dekat wilayah Indonesia,” ungkap Asrin seperti dikutip Reuters, pada bulan Maret 2012.
"Dalam acara menyambut kedatangan tentara AS di
Australia tersebut, tiga pejabat Australia, yaitu: Perdana Menteri Australia
Julia Gillard, Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith, dan Menteri Utama
Wilayah Utara Australia Paul Henderson, juga menegaskan bahwa tidak akan pernah ada pangkalan
militer AS di Australia."
Ternyata bukan hanya
pemerintah Indonesia saja yang bereaksi, China juga merasa terganggu dengan
rencana AS ini dan menilai hal ini sebagai upaya mengimbangi kekuatan dan
pengaruh China di Asia-Pasifik.
China
juga menuduh Australia dan AS memperkuat sekutunya dalam sengketa Laut China
Selatan. Pasalnya, akhir-akhir ini China, Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei
dan Taiwan saling berebut wilayah di Laut China Selatan yang diyakini
mengandung persediaan minyak dan gas yang melimpah. (Bft/Deb/jaringnews)
*
B. Pangkalan AS di Darwin, China Kecam Australia
“Masa-masa persekutuan ‘Perang
Dingin’ telah lama berakhir.”
China menunjukkan
kejengkelan atas meningkatnya hubungan kerja sama pertahanan antara Australia
dan Amerika Serikat, terutama setelah Negeri Paman Sam itu mengirimkan
kontingen pertama dari total 2.500 tentara yang akan berbasis di Darwin sejak
April 2012.
Kecaman itu dialamatkan
kepada Menteri Luar Negeri Australia, Bob Carr, ketika tengah melakukan lawatan
kenegaraan untuk kali pertama ke Beijing pada awal Mei 2012 lalu.
“Saya kira saya bisa
meminjam kata-kata dari salah satu pejabat yang saya temui, dan saya yakin ia adalah
sang menteri luar negeri: masa-masa persekutuan ‘Perang Dingin’ telah lama
berakhir,” ujar Carr, yang menggantikan Kevin Rudd, seperti dicuplik dari laman
BBC.
China merupakan mitra
dagang utama Australia. Sekitar seperempat volume ekspor Negeri Kangguru itu
diarahkan ke China.
Hanya saja, Australia
memilih merekatkan kerja sama militer dengan Amerika Serikat, hal yang dikritik
pengamat militer China, Song Xiaojun. Menurutnya, Australia tidak mungkin bisa
sekaligus menjaga hubungan dengan China dan Amerika Serikat.
“Cepat
atau lambat, Australia harus memilih siapa yang akan menjadi ‘godfather’
baginya. Semuanya bergantung dari seberapa kuat calonnya, dan seberapa
strategis lingkungannya,” kata Song dari sumber The Telegraph.
Tak hanya memperkuat tali
kerjasama dengan Australia, Amerika Serikat pun mempererat hubungan luar
negerinya dengan beberapa negara Asia Tenggara. China menganggap strategi itu
sebagai upaya ‘pengepungan.’
Menurut Carr, kehadiran AS
di wilayah Asia-Pasifik dapat meningkatkan kestabilan di kawasan. Namun, ia
menekankan pemerintah kedua negara menginginkan terwujudnya kerja sama militer
yang lebih baik di masa mendatang.
“Kerja
sama pertahanan adalah sebuah misi membangun kepercayaan. Semakin kita mengerti
bagaimana mitra kita menerapkan pendekatannya atas masalah pertahanan,
kemungkinan muncul kesalahpahaman akan kian kecil,” ujarnya. (adi/vivanews)
C. Cina Latihan Perang di dekat Pulau Christmas Australia
TNI AL: Kapal perang China
telah “mengantongi” izin untuk latihan di selatan Pulau Jawa pada Februari 2014
lalu. Ternyata latihan perang China itu menjadi perhatian Australia.
Kapal-kapal perang China
menggelar latihan di dekat perairan Indonesia, sebelah selatan lepas pantai
Pulau Jawa. Lokasi ini juga berada dekat Pulau Christmas yang merupakan milik
Australia. Latihan yang digelar China itu diintai seksama oleh Australia.
Kepala Dinas Penerangan TNI
Angkatan Laut, Laksamana Pertama Untung Suropati, mengatakan latihan tiga kapal
perang China itu telah diketahui oleh pemerintah Republik Indonesia. China
meminta izin kepada atase pertahanan Kedutaan Besar RI di Beijing.
“Tak ada yang salah dengan
latihan simulasi perang yang digelar AL China,” kata Untung, Jumat 14 Februari
2014. Salah satu latihan meliputi cara mengatasi perompakan.
Untung mengatakan,
berdasarkan pemantauan instansinya, AL China taat prosedur saat melintasi
perairan Indonesia. “Mereka melewati perairan ALKI yaitu “Alur Kepulauan
Indonesia”. ALKI-1 dengan rute dari Laut China Selatan, Laut Natuna, Selat
Karimata, Laut Jawa, Selat Sunda, lalu terakhir menuju Samudera Hindia,” kata
dia.
Untuk rute pulang, ketiga
kapal perang China itu akan melalui ALKI-2, yakni Selat Lombok, Selat Makassar,
Laut Sulawesi, Laut Sawu, Laut China Selatan, dan kembali ke pangkalan mereka
di Kota Hainan, China.
Untung menyatakan, tiga
kapal perang China tersebut berlatih secara legal karena masih berada di
perairan internasional. Selain itu, saat melewati perairan Indonesia,
kapal-kapal itu menujukkan itikad damai tanpa bermusuhan.
Menurut
Untung, AL dari negara manapun berhak untuk memproyeksikan kekuatannya di laut
internasional. “Sepanjang mereka memiliki kekuatan AL tingkat dunia atau disebutBlue Water Navy,” kata dia.’
AL
yang masuk kategori ini antara lain Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis.
Sementara itu, China sedang menuju tahapan Blue Water Navy.
‘
Harian
Australia, Brisbane Times, sebelumnya mengutip
sumber di kalangan pengamat militer Australia yang menyebut langkah terbaru
China tersebut menunjukkan makin percaya diri militer mereka di tengah sengketa
teritorial dengan sejumlah negara di Laut China Selatan dan Laut China Timur. (Brisbane Times / viva.co.id)
‘
D. China Latihan Perang di Selatan Jawa, Australia Kirim Pengintai
Kapal-kapal perang China
diketahui gelar latihan pertama di dekat perairan Indonesia di sebelah selatan
lepas pantai Pulau Jawa dan dekat Pulau Christmas, yang merupakan milik
Australia. Langkah ini menunjukkan makin percaya dirinya militer China di tengah
sengketa teritorial dengan sejumlah negara di Laut China Selatan dan Laut China
Timur.
Ketegangan China dengan
sejumlah negara soal sengketa teritorial itu telah mendapat perhatian
masyarakat internasional, termasuk Menteri Luar Negeri John Kerry dari AS yang
akhir pekan ini berkunjung ke sejumlah negara Asia, termasuk Indonesia.
Menurut harian itu,
Angkatan Udara Australia mengerakan sebuah pesawat pengintai untuk memantau
situasi di perbatasan utara wilayah mereka. Pesawat AP-3C Orion diterbangkan
dari Pangkalan Angkatan Udara Edinburgh, dekat Adelaide, begitu militer
Australia menerima laporan bahwa tiga kapal perang China bergerak mendekati
perbatasan utara laut mereka awal Februari lalu.
Dari
pantauan itu, rombongan kapal China itu terdiri dari dua destroyer dan satu kapal pendarat
yang mampu mengangkut ratusan personel. Ini adalah kali pertama latihan militer
China itu berlangsung dekat perairan Australia.
Juru bicara Kementerian
Pertahanan Australia, David Johnston, mengaku pihaknya tidak diberitahu terlebih
dahulu soal latihan itu. Namun China pun tidak berkewajiban memberitahu
Australia.
Kalangan pengamat pun
menyatakan bahwa latihan China itu legal karena masih berlangsung di laut
internasional dan tidak menunjukkan tindakan yang bermusuhan. Namun manuver
dari Beijing itu dipandang sebagai sinyal bahwa mereka makin percaya diri
menjadi kekuatan baru maritim, yang secara fundamental bisa mengubah posisi
strategis Australia.
Sinyalemen itu tidak
semata-mata ditunjukkan ke Australia, namun juga kawasan Asia Pasifik dan juga
sebagai pesan kepada AS dan India bahwa mereka tidak bisa dengan mudah
memblokade jalur laut lewat Selat Malaka bila suatu ketika berkonflik dengan
China.
“Ini
bukan berarti latihan itu mengancam Australia, namun memang menunjukkan bahwa
betapa besar perubahan yang sedang terjadi di kawasan dan betapa berbahaya
untuk berasumsi bahwa China bisa bangkit secara ekonomi tanpa harus membuat
perubahan strategis yang fundamental di kawasan,” kata Hugh White, profesor
studi strategis dari Australian National University, seperti dikutip oleh
artikel di Brisbane Times itu.
Sementara
itu Menlu AS, John Kerry, bakal meminta China untuk tidak membuat situasi di
Laut China Selatan dan Laut China Utara kian tegang saat saling klaim dengan
beberapa negara soal perbatasan wilayah. Kerry akan mengutarakannya kepada para
pejabat China saat mengunjungi Beijing diakhir pekan, ungkap kantor berita Reuters.
China
mengklaim 90 persen dari Laut China Selatan, yang seluas 3,5 juta kilo meter
per segi. Beberapa negara atau entitas juga berkepentingan atas laut itu,
seperti Vietnam, Filipina, Taiwan, Malaysia, dan Brunei Darussalam.(Reuters / Brisbane Times / viva.co.id)
*
E. Persiapan Militer Indonesia di Tahun 2020: 8 Tahun Lagi, Perang Beralih ke Asia Pasifik!?
“Pergeseran
kekuatan militer AS ke Asia Pasifik bukanlah hal sederhana. Bisa jadi, pada 8
tahun ke depan, “perang” perebutan sumber daya alam dan jalur perdagangan akan
beralih ke kawasan ini. Indonesia harus menyiapkan diri untuk menghadapinya.” (Connie Rahakundini Bakrie, Pengamat Pertahanan
dan Militer dari Universitas Indonesia)
Rencana Amerika Serikat (AS) menggeser 60 persen kekuatan militernya ke kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2020 mendatang, membawa implikasi besar bagi kawasan ini, termasuk Indonesia.
Tahun 2020 itu tidak lama.
Dalam 8 tahun ke depan, Indonesia sudah terkurung oleh pangkalan-pangkalan
militer AS. Apakah kita sudah sepakat sebagai bangsa untuk menyadari dan
memahami persepsi ancaman yang sebenarnya sedang dihadapi?
Menurut pengamat Pertahanan
dan Militer dari Universitas Indonesia Connie Rahakundini Bakrie, dengan
kondisi seperti ini, jelas sekali, tidak tersedia waktu banyak bagi elite kita
untuk segera mereposisi arah kebijakan luar negeri dan pertahanan Indonesia
yang lebih tegas, strategis dalam menyikapi perubahan konstalasi politik di
kawasan.
Connie menilai, pergeseran
kekuatan militer AS ke Asia Pasifik bukanlah hal sederhana. Bisa jadi, pada 8
tahun ke depan, “perang” perebutan sumber daya alam dan jalur perdagangan akan
beralih ke kawasan ini.
Indonesia harus menyiapkan
diri untuk menghadapinya. Berikut petikannya:
F. Bagaimana anda melihat dinamika perkembangan militer AS saat ini?
Kebanyakan dari kita, atau
bangsa AS sendiri, tidak ingin mengakui, bahwa, AS telah mendominasi dunia
melalui kekuasaan militernya. Dengan alasan kerahasiaan negara, warga AS
sendiri sering tidak menyadari bahwa pendudukan pasukan-pasukan AS sesungguhnya
telah mengepung planet bumi ini. Kecuali kawasan Antartika.
Mudah dan banyak cara dalam
melacak jejaknya, seperti dengan menghitung seberapa banyak jumlah koloni
milter yang ada di berbagai belahan dunia.
Pada
Abad-20 ini, yang dimaksud dengan koloni bisa terjelma dalam berbagai gaya,
salah satunya melalui pangkalan militer yang berada di negara lain. Dengan cara
ini, kita bisa ikuti koloni yang terbentuk dan menyebar ke seantero dunia dan
melahirkan “kekaisaran militer”
AS.
Pada perspektif dinamika
politik global, kita bisa menyimak bagaimana kekaisaran militer AS semakin
tumbuh menuju wujudnya tahun 2020 nanti. Saat ini tengah berproses, sejak
Presiden Goerge Walker Bush menetapkannya pada 14 Januari 2004 lalu.
G. Bisa digambarkan seperti apa ‘Kekaisaran Militer AS’ itu?
Salah satu cara
memahaminya, dengan memahami jumlah dan ukuran dari aspirasi “kekaisaran
militer” AS tersebut. Lebih dari setengah juta tentara formal plus
mata-mata yang terselimuti melalui jejaring lembaga donor, teknisi, guru, serta
badan usaha sudah tersebar membentuk koloni di negara-negara lain.
Bukan hanya di darat, juga
mendominasi lautan hingga samudera. Mereka membangun kekuatan Angkatan Laut
yang hebat dengan mencantumkan nama-nama pahlawan mereka pada kapal induknya,
seperti: Kitty Hawk, Constellation, Enterprise, John F. Kennedy, Nimitz, Dwight
D. Eisenhower, Carl Vinson, Theodore Roosevelt, Abraham Lincoln, George
Washington, John C. Stennis, Harry S. Truman, dan Ronald Reagan.
Selain itu, begitu banyak
pangkalan rahasia dibangun dan difungsikan hanya sekedar untuk memonitor apa
yang dikerjakan masyarakat dunia.
Mereka mampu memonitor apa
yang isi percakapan, surat menyurat baik lewat fax atau pun email antara
satu sama lainnya, termasuk atas warga negara AS sendiri.
Di Okinawa, pulau paling
selatan Jepang yang telah menjadi koloni militer AS selama 58 tahun,
terdapat 10 pangkalan korps marinir, termasuk korps marinir Futenma dan stasiun
udara yang menduduki 1,186 Ha di pusat kota.
Selain itu, di Inggris
terdapat senilai US$5 miliar instalasi miliiter dan mata-mata AS yang
disamarkan sebagai pangkalan Royal Air Force.
H. Sebenarnya berapa jumlah pangkalan militer AS di luar negaranya?
"Diyakini jumlah pangkalan militer AS di luar
negaranya jumlahnya telah mencapai lebih dari 1,000 pangkalan di negara
berbeda. Bahkan, Pentagon sekalipun mungkin tidak tahu secara pasti jumlah
setiap penghuninya."
Data resmi dari Departement
of Defence (DoD) pada laporan struktur tahun fiskal 2003 menyebut, Pentagon
memiliki 702 pangkalan di luar negeri di 130 negara. Jumlah itu, belum termasuk
6.000 pangkalan di wilayah AS sendiri.
Pada pangkalannya di luar
negeri, jumlah tentara AS yang tak berseragam mencapai 253,288 personel.
Mereka juga mempekerjakan 44,446 orang lainnya sebagai staff tambahan
lokal yang disewa.
Pentagon
mengklaim, pangkalannya mencakup 44,870 barracks, hangars, rumah sakit, dan bangunan lain yang dibeli atau disewa sebanyak
lebih dari 4,844 bangunan.
Lantas
bagaimana?
Gambaran itu membawa kita
pada kesadaran bahwa sebenarnya hanya sedikit sekali ruang yang ditinggalkan di
planet bumi ini yang tidak terisi oleh kekuatan militer AS. Dan ruang kosong
itu, adalah kawasan kita, wilayah Indonesia terus menuju arah bawah melalui
Samudera Hindia ke arah Antartika.
I. Bagaimana
anda melihat kaitan kondisi ini dengan reformasi TNI?
Sejak reformasi 1998,
pembangunan profesionalisme TNI masih menemui banyak hambatan. Tekad kuat TNI
untuk menjadi militer profesional yang berfungsi sebagai alat pertahanan
negara, tidak serta-merta bisa diwujudkan.
Memprofesionalkan militer,
bagaimana pun juga menimbulkan konsekuensi yang harus dipenuhi oleh kedua
pihak, yakni sipil dan militer itu sendiri. Militer perlu dukungan sipil atas
persoalan alokasi “anggaran” dalam rangka mengatasi berbagai ancaman yang timbul.
Yang perlu kita ingat,
kabinet pemerintahan bisa saja silih berganti, tetapi road map pertahanan
jangka panjang adalah sesuatu yang harus diisi dengan komitmen tinggi seluruh
elemen bangsa untuk memenuhinya.
J. Apakah penyebab hambatan pembangunan profesionalisme TNI?
Bila kita realistis dan
berpikir kritis, sampai hari ini, ketidaksepakatan di kalangan pemimpin sipil
mengenai beberapa konsep kebijakan pertahanan keamanan negara menjadi penyebab
inkonsistensi dan terhambatnya muncul regulasi yang diperlukan.
Persoalan bertambah
kompleks, ketika munculnya wacana bahwa demokrasi dan militer adalah 2 hal yang
tak dapat disatukan.
Disadari atau tidak, jika virus
berpikir bahwa demokrasi dan militer adalah 2 hal yang tak dapat
disatukan, dan sengaja disebarkan secara sistematis. Akhirnya akan membuat
sipil semakin tidak memahami fungsi militer untuk kepentingan eksistensi
negara.
Seolah-olah, militer tidak
dibutuhkan lagi dalam negara berdemokrasi. Padahal, pembangunan demokrasi
sebuah negara sangat butuh “pengawal”. Peran militer dalam menjaga
demokratisasi di sebuah negara yang berdaulat, sangat penting.
K. Pandangan anda soal pertentangan militer dan demokrasi itu?
Militer dan demokrasi
bukanlah sesuatu yang bertentangan. Lihat saja AS. Sebagai negara yang mengklaim
paling berdemokrasi di muka bumi, faktanya memiliki militer yang paling kuat di
dunia.
Bukan hanya di dalam
negeri, tapi tumbuh berkembang, bak kecambah di musim hujan menjadi
koloni-koloni di berbagai belahan bumi. Militer hadir sebagai komponen inti untuk
menjaga kedaulatan negara.
Tak terbayangkan apa yang akan terjadi di masa
datang jika Indonesia tidak segera memperkuat TNI untuk menghadapi “perang”
perebutan sumber daya alam dan jalur perdagangan.
Ingat, Indonesia adalah
jantung maritim Asia dan bisa menghindar dari dampak langsung dan tidak
langsung serta harus dihadapi.
L. Mengapa
militer AS bisa begitu mendominasi dunia?
Karena instalasi pangkalan
militernya di luar negeri membawa keuntungan tak terkirakan untuk kemajuan
industri usaha dan ekonomi sipil mereka. Mulai dari desain pembuatan senjata
untuk angkatan bersenjata, pakaian untuk tentara berseragam dan pasukan tidak
berseragam yang tercatat ada 253,288 personil berikut keluarganya yang belum
termasuk didalamnya, stok makanan dan bisnis fasilitas liburan bagi tentara.
Hampir sebagian besar
sektor ekonomi AS sebenarnya mengandalkan militer untuk target penjualannya.
Satu
contoh kecil, misalnya terhadap pangkalan militer AS di Irak. Untuk pangkalan
itu, DoD harus memesan extra ration of cruise missiles dan depleted-uranium armor-piercing
tank shells. Selain
itu, DoD juga mengakuisisi sebanyak 273,000 botol sunblock yang dianggap sama
pentingnya seperti rudal bagi para tentaranya disana.
Belum
lagi DoD harus menyediakan biaya binatu, dapur, surat menyurat dan pengiriman
barang, serta cleaning services yang telah dikontrak militer dari perusahaan swasta, juga
menjadi bagian dari kegiatan membangun dan mengembangkan sektor ekonomi AS.
Diketahui, sepertiga dari
dana US$ 30 miliar tambahan yang dianggarkan untuk perang Irak, habis untuk
service layananan bagi kenyamanan tentara AS.
Dengan
begitu, keberadaan mereka di front-front perang tampak sama seperti kehidupan
di rumah ala Hollywood. Selain itu pengamanan juga dilakukan melalui
sub-kontrak padaprivate military companies seperti Brown & Root, DynCorp, dan the Vinnell Corporation.
M. Artinya, apakah AS memberikan tingkat kesejahteraan yang tinggi bagi
prajurit militernya?
The
Washington Post pernah mengkritisi kondisi
yang terjadi di Fallujah, bagian barat Baghdad. Bagaimana pelayan-pelayan
berkemeja putih bercelana hitam dan berdasi kupu-kupu bertugas setiap malamnya
melayani makan malam untuk petugas dari 82nd Airborne Division.
Beberapa dari pangkalan
ini, karena sangat luasnya, membutuhkan 9 trayek bus internal untuk tentara dan
kontraktor sipil di dalam area berkawat tersebut.
Pangkalan Anaconda, kantor
pusat divisi brigade ke-3 dan infanteri ke-4 yang bertugas menjadi ‘polisi’
sepanjang 1.500 mil persegi di wilayah Irak, ke Utara Bagdad, hingga Samarra,
menempati area besar seluas 25 kilometer persegi dan penyediaan perumahan untuk
sebanyak 20.000 pasukan.
Untuk keperluan spritual,
misionaris bagi militer AS, mereka dilayani perusahaan penerbangan sendiri.
Tentara AS juga dilayani perusahaan penerbangan dengan armada untuk penerbangan
jarak jauh sehingga mampu menyambungkan langsung post dari Greenland hingga
Australia.
Lantas Bagaimana dengan kita?
Wah, anda bisa bayangkan
sendiri. Betapa jauhnya dengan cara kita memperlakukan personil militer. Untuk
melaksanakan tugas negara pun kadang harus berutang hanya sekadar untuk
membeli obat nyamuk di warung setempat.
Atau harus terdampar di
pulau terluar menjaga perbatasan dengan segala fasilitas yang sangat terbatas
dan minim.
N. Asia Pasifik jadi target ekspansi AS selanjutnya, bagaimana anda
melihatnya?
Perkembangan terkini kekaisaran militer AS,
bisa disimak dari pernyataan Menteri Pertahanan, Panetta yang menyatakan
bahwa 60 persen kekuatan militer AS akan pindah ke kawasan Asia Pasifik mulai
2012 hingga 2020.
Reposisi pangkalan tersebut
ada dibawah kendali dan tanggung jawab Andy Hoehn, Wakil Menhan AS untuk bidang
strategi.
Hoen
dan dan rekan-rekannya mengatur tahapan implementasi akan apa yang disebut
Goerge Bush dulu sebagai strategi perang pencegahan terhadap “persatuan negara-negara merah dan orang-orang jahat”.
"Negara-negara “persatuan orang-orang jahat” ini
oleh AS telah diidentifikasikan sebagai “busur ketidakstabilan” yang tersebar
dari mulai daerah Andes di Colombia terus ke arah Afrika Utara dan kemudian
menyapu negeri negeri seberang Timur Tengah, hingga termasuk Filipina dan
Indonesia."
Jadi, perang terhadap
terorisme adalah sebagian kecil dari alasan untuk semua strategisasi militer AS
di belahan dunia. Yang sebenarnya adalah untuk membangun cincin baru dari
Pangkalan militer sepanjang khatulistiwa guna memperluas kekaisaran militer AS
dalam mendominasi dunia.
O. Kebijakan
pertahanan yang seperti apa, bagi Indonesia menyikapi kondisi ini?
Peta yang menunjukan lokasi-lokasi markas/pangkalan militer AS, ditunjukkan dengan tanda bintang. Terlihat jelas bahwa memang sudah sejak lama bangsa Indonesia sudah terlanjur terkepung.
Arah
kebijakan pertahanan negara Indonesia saat ini telah berubah dari threat based planing ke capabilities based planning. Itu sudah ditetapkan. Soalnya
kemudian, apakah kita sudah sepakat sebagai bangsa untuk memahami persepsi
ancaman yang sebenarnya sedang dihadapi dalam waktu dekat, sebagai dampak
tersebarnya 60 persen kekuatan militer AS ke kawasan ini.
"Persis sama seperti saat Irak akan digempur
melalui persiapan Operation
of Enduring Freedom, dimana saat ini Indonesia
sama juga “sudah terkurung”seperti Irak, oleh pangkalan-pangkalan AS sejak titik di
Diego Garcia, Christmas Island, Cocos Island, Darwin, Guam, Philippina, terus
berputar hingga ke Malaysia, Singapore, Vietnam hingga kepulauan Andaman dan
Nicobar beserta sejumlah tempat lainnya."
Dengan kondisi ini, jelas
sekali, tidak tersedia waktu banyak bagi elite Indonesia untuk segera
mereposisi arah kebijakan luar negeri dan pertahanan Indonesia yang lebih
tegas, strategis dalam menyikapi perubahan konstalasi politik di kawasan.
Indonesia juga harus
memperkuat TNI sebagai aktor pertahanan yang tugas utamanya adalah untuk
melindungi segenap wilayah kedaulatan termasuk kekayaan dan kesejahteraan
penduduknya.
P. Apa yang paling mendesak untuk dilakukan?
Persoalan yang paling
mendesak dan menjadi kewajiban sipil adalah perumusan dan penyusunan landasan
serta kerangka hukum yang mengatur peran dan posisi TNI dalam konteks tugasnya
sebagai garda terdepan bangsa untuk menjalankan misi pertahanannya.
Kondisi
hari ini, TNI terbentuk menjadi tentara yang ditekankan hanya pada kemampuan
stabilisasi dan rekonstruksi, tetapi tidak sebagai tentara profesional yang
memiliki kemampuan outward looking defences seperti bagaimana seharusnya.
Keberhasilan
pembangunan landasan hukum ini, sebenarnya sangat terkait dengan visi politik
dan visi transformasi militer untuk membangun kekuatan berdasarkan threat dancapabilities yang seharusnya dimiliki oleh kalangan sipil penentu kebijakan
pertahanan.
"Konstalasi politik keamanan kawasan telah
berubah signifikan dan ancaman telah muncul mengikuti trend geopolitik yang
berjalan. Kebijakan luar negeri Indonesia harus di re-shaping dalam cita-cita
kita membangun keseimbangan regional yang merupakan tugas terbesar kita."
Semakin cepat terjawab,
semakin baik. Sehingga kita tahu TNI seperti apa yang harus dipersiapkan
untuk mengantisipasinya.
Q. Pendapat anda, apa yang paling penting dalam membangun
profesionalitas TNI?
Hal
yang terpenting bukan semata persoalan mana Alutsista yang perlu diganti dan
mana yang masih layak pakai. Lebih dari itu, dalam membangun TNI yang profesional
dan berwibawa di mata internasional, diperlukan sebuah grand strategy and design atas postur TNI. Postur TNI yang ideal untuk menghadapi segala
bentuk ancaman yang segera akan terbentang di kawasan ini dalam 8 tahun
mendatang.
"Meski dengan kemampuan Indonesia saat ini,
komposisi ideal sulit diwujudkan dalam kenyataan. Namun tanpa standar ideal,
kita tidak akan pernah tahu kemana tujuan negara ini 100 atau 200 tahun yang
akan datang. Bagaimana TNI yang kita cintai harus dibangun untuk itu."
Bagaimanapun juga, standar
ideal sangat dibutuhkan sebagai panduan dalam mencapai cita-cita pembangunan
akan postur TNI yang kuat, berwibawa, mumpuni dan profesional dalam menghadapi
ancaman-ancaman atas kedaulatan kita sebagai bangsa yang kaya dan besar.
*
A. Persiapan Pengamanan Ibukota Negara : Antisipasi Ancaman
Dari Luar, TNI Membuat Lima Rencana Agar Ibukota Jakarta Dapat Bertahan dari
Serbuan Asing!
Pihak Indonesia tak hanya
berpangku tangan dengan “manuver” negara-negara imperialis tersebut. Kepala
Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Budiman dan Wakil Menhan Sjafrie
Sjamsoeddin beberapa waktu lalu bertemu dengan Gubernur DKI Jakarta Joko
Widodo.
Mereka menyampaikan rencana
TNI tentang strategi pertahanan yang tepat untuk Jakarta.
Dalam pandangan TNI, sistem
pertahanan nasional bukan hanya di daerah-daerah perbatasan dan daerah-daerah
hutan tetapi daerah pada penduduk seperti DKI Jakarta juga harus dijaga ketat.
Alasannya, Jakarta merupakan pusat pemerintahan dan pusat perekonomian nasional.
TNI AD telah melakukan
kerja sama dengan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo terkait tata ruang wilayah
pertahanan di Jakarta. Selain itu, TNI AD juga akan menempatkan alat pertahanan
di kota-kota besar sesuai dengan demografis wilayahnya.
B. Berikut 5 rencana TNI untuk menjadikan Jakarta aman dari sisi
pertahanan:
1. Penangkis serangan udara di gedung tinggi
TNI AD berencana memasang
sejumlah alat utama sistem persenjataan (Alutsista) atau senjata penangkis
serangan udara di atas gedung-gedung tinggi di Jakarta.
“Pada gedung tinggi bisa
digunakan. Gedung yang ditentukan tempatnya bisa buat rata, sehingga bisa
ditempatkan senjata penangkis udara,” ujar KSAD Jenderal Budiman di Silang
Monas, Jakarta Pusat, Jumat (01/11/13).
2. Gedung tinggi zona
pendaratan helicopter
TNI berharap di
gedung-gedung tertentu di Jakarta dapat juga digunakan sebagai zona pendaratan
helikopter logistik yang membawa alat berat seperti radar dan sebagainya.
“Sehingga gedung tinggi ini
harus dibuat kokoh, bisa dilandasi helikopter radar dan penembakan penangkis
serangan udara,” kata KSAD Jenderal Budiman.
Menurut dia, perang masa
depan tidak seperti dulu, di hutan atau ditentukan di suatu daerah. Oleh sebab
itu, Jakarta sebagai pusat pemerintahan perlu dijaga.
3. Pangkalan tank di bawah Monas
TNI berencana membangun
pangkalan tank di bawah Monas. Diperkirakan luas pangkalan militer plus parkir
bawah tanah dan pusat souvenir di bawah Monas sekitar 160 hektar. Namun detail
bangunan seperti apa belum bisa disampaikan.
“Pembangunan
dimulai 2014 nanti. Di bawah monas nanti ada underpass strategi pertahanan saat kondisi
darurat, yang saling berhubungan,” ujar Jokowi.
Sebelumnya, Wakil Menteri
Pertahanan (Kemhan) Sjafrie Sjamsoeddin menemui Jokowi. Keduanya membicarakan
singkronisasi antara strategi penataan ibu kota dengan strategi pertahanan
negara.
Apalagi, September dan
Oktober 2013 lalu, militer Indonesia bakal menerima ratusan tank berat. Tank
itu bakal masuk Jakarta, lalu disebarkan di satuan operasional. Selain itu,
militer juga bakal menerima roket jarak jauh untuk mengamankan ibu kota, serta
sejumlah pesawat tempur dan puluhan tank amfibi.
4. Kemayoran untuk pendaratan pesawat tempur
Gubernur Jokowi akan
menindaklanjuti koordinasi dengan Kementerian Pertahanan sehubungan penyediaan
ruang bagi masuknya peralatan militer.
Salah satu perubahan yang
akan dilakukan adalah jalan di kawasan Kemayoran bisa dimanfaatkan untuk
pendaratan pesawat tempur dengan sedikit mengubah tata ruangnya.
“Di Kemayoran bisa untuk
pendaratan pesawat. Karena ada fly over nya itu nanti dipindah menjadi
underpass sehingga nanti untuk pendaratan bisa dipakai darurat,” kata Jokowi.
5. Marunda untuk jalur peralatan tempur TNI AL
Kawasan Marunda juga
dibidik untuk membantu pertahanan melalui laut.
Menurut Jokowi, ada lahan
seluas 200 hektar di kawasan Marunda yang bisa digunakan untuk peluncuran
amfibi.
“Di Marunda itu luasnya
lebih dari 200 hektar, sebagian wilayah pantainya itu juga nanti bisa digunakan
untuk meluncurnya amfibi ke laut,” ujar Jokowi.
Sambil
berfikir, ia juga menambahkan dengan dukungan, “Memang, hal-hal tersebut
harusnya sudah kita rancang,” kata Jokowi. (berbagai sumber)
SOURCES:
http://indocropcircles.wordpress.com/
http://indocropcircles.wordpress.com/2013/06/25/perang-amerika-beralih-ke-asia/
Anda sedang membaca artikel tentang Penempatan 60% Tentara AS di Australia : 8 Tahun Lagi, Kemungkinan Perang akan Beralih ke Asia-Pasifik! dan anda bisa menemukan artikel ini dengan url http://www.unrevealed-history.blogspot.com/2014/04/penempatan-60-tentara-as-di-australia-8.html .Anda boleh menyebarluaskan atau mengcopy artikel ini jika memang bermanfaat bagi anda atau teman-teman anda,namun jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya.